Kamis, 10 Maret 2011

Karbohidrat

Dalam keadaan normal, kadar glukosa darah berfluktuasi tetapi tidak akan kurang dari batas minimum dan tidak akan lebih dari batas minimum. Kadar minimum glukosa darah adalah pada saat puasa yaitu 70-100 mg/100 cc. Kadar maksimum glukosa darah adalah pada 2 jam setelah makan yaitu 125-140 mg/100 cc. Stabilnya kadar glukosa darah karena dikontrol oleh berbagai hormon.

Kadar glukosa darah yang tinggi akan merangsang sel-sel beta pulau-pulau Langerhans yang ada
di dalam pankreas untuk memproduksi hormon insulin. Hormon ini akan merangsang glukosa plasma masuk ke dalam sel. Insulin juga merangsang sel untuk menggunakan glukosa menjadi energi , atau membentuk glikogen (glikogenesis) di dalam sel hati dan otot atau untuk membentuk lemak (lipogenesis) di jaringan adiposa.

Bila kadar gula darah rendah, sementara asupan dari makanan tidak ada, maka hati akan membuat glukosa dari bahan yang bukan karbohidrat melalui proses glukoneogenesis. Bahan bakunya adalah asam laktat, asam amino alanin dan glutamin yang berasal dari otot. Bahan baku lain adalah gliserol yang bersumber dari penguraian lemak di jaringan adiposa.

Kadar glukosa darah yang rendah akan ditingkatkan oleh proses penguraian glikogen (glikogenolisis) dan pembuatan glukosa dari bahan non karbohidrat yang terjadi di dalam sel-sel hati pengaruh. Peningkatan kedua proses tadi banyak dipengaruhi olehkerja banyak hormon, seperti epinefrin, glukagon, glukokortikoid, hormon pertumbuhan dan tiroksin.

Glukagon hormon yang dihasilkan sel alfa pulau Langerhans di dalam pankreas, akan menaikakn kadar glukosa dengan merangsang proses penguraian glikogen hati (glikogenolisis) dan memperkuat proses glukoneogenesis dari asam laktat dan asam amino oleh hati. Epinefrin merangsang glikogenolisis di hati dan otot. Glukosa hasil glikogenolisis di hati menaikkan kadar glukosa plasma dan glukosa otot dipakai sebagai sumber energi.

Hormon glukokortikoid dihasilkan olek korteks kelenjar adrenal, meningkatkan proses glukoneogenesis oleh hati dan menghambat penggunaan glukosa oleh jaringan di luar hati. Glukokortikoid meningkatkan katabolisme protein jaringan, da memperkuat pengambilan asam amino oleh hati. Hormon titoksin memperkuat pengaruh epinefrin pada metabolisme glukosa. Tiroksin juga meningkatkan penyerapan glukosa oleh usus. Hormon pertumbuhan yang dihasilkan oleh bagian depan kelenjar pituitary, mempengaruhi kadar gglukosa dengan menghambat pengambilan glukosa plasma oleh sel.

Metabolisme glukosa di dalam sel.

Dari darah glukosa akan memasuki sel – sel organ tubuh dengan bantuan hormon insulin Pada penderita diabetes produksi hormon insulin kurang atau tidak ada sama sekali, atau kadar insulin normal tetapi alat penerima (receptor) pada permukaan sel kurang jumlahnya, atau reseptor tidak sensitif terhadap insulin (insulin resistance). Akibatnya kadar gula darah penderita diabetes selalu lebih tinggi dari normal. Di dalam sel glukosa digunakan sel untuk hal-hal sebagai berikut :



* Bila sel kekurangan energi maka glukosa akan diuraikan menjadi H2O dan gas CO2. Pada penguraian tersebut akan dihasilkan energi yang digunakan untuk berbagai keperluan sel.


* Bila energi di dalam sel hati dan otot tersedia, maka glukosa akan dirubah menjadi glikogen yang berfungsi sebagai cadangan glukosa. Glikogen akan diuraikan lagi menjadi glukosa pada saat sel kekurangan energi. Kemampuan sel dalam menyimpan glikogen sangat terbatas. Glikogen di seluruh tubuh, terutama terdapat didalam hati dan otot bejumlah sekitar 300 g yang hanya cukup menyediakan energi bagi tubuh untuk kira–kira 12 jam saja.


* Bila di dalam sel telah tersedia glikogen, maka dari glukosa sel akan di bentuk lemak, kolesterol dan asam amino non esensial untuk membentuk protein. Dengan demikian mengkonsumsi karbohidrat melebihi kebutuhan dapat menaikan kadar lemak dan kolesterol darah serta menaikkan berat badan.


* Dari glukosa juga dapat dibentuk komponen struktur sel yaitu glikoprotein dan glikolipid.


* Dari glukosa juga dapat dibentuk karbohidrat lain yaitu ribosa dan deoksiribosa ( penting untuk pembentukan nukleotida seperti DNA dan RNA), fruktosa ( penting untuk spermatozoa), glukosamin dan galaktosamin.



Energi bagi sel diperoleh dari penguraian karbohidrat, lemak dan protein. Dalam memproduksi energi, setiap organ cenderung hanya memakai satu macam sumber energi saja. Otak, sel-sel darah dan kelenjar adrenal lebih suka memakai glukosa sebagai sumber energi. Bila kadar glukosa darah sangat rendah maka suplai glukosa ke otak akan sangat rendah, yang akan menyebabkan aktifitas otak terhenti. Itulah yang terjadi pada orang yang pingsan saat mengikuti upacara yang terlalu lama di pagi hari. Kadar glukosa darah orang tersebut rendah sekali karena tidak sempat sarapan pagi dan malam harinya tidak sempat makan apa-apa.

Indek glikemik

Hasil penelitian para ahli menunjukan bahwa, indek glikemik atau kemampuan setiap makanan berkarbohidrat dalam menaikan kadar gula darah adalah berbeda, walaupun kadar karbohidrat masing–masing makanan sama. Indek glikemik adalah suatu angka dalam persen yang membandingkan naiknya kadar gula (glukosa) darah dalam waktu yang sama setelah makan suatu makanan yang mengandung 50 gram karbohidrat dengan naiknya kadar gula darah setelah makan roti yang juga mengandung 50 gram karbohidrat.

Karbohidrat sebesar 50 gram terdapat dalam 100 gram roti, atau 150 gram nasi atau 250 gram kentang. Nilai indek glikemik beberapa sumber karbohidrat terlihat pada tabel berikut :

Perbedaan dalam menaikkan kadar gula darah, tergantung pada jenis bahan makanan, cara mengolah makanan, kepekatan makanan dan banyaknya kandungan serat, protein dan lemak dalam menu makanan. Dari tabel di atas nampak bahwa nasi kurang menaikan kadar gula darah bila dibanding dengan roti, tetapi nasi lebih menaikan kadar gula darah dibanding dengan kentang dan jagung, namun perbedaannya kecil.

Dalam menyusun menu 4-sehat ala Indonesia yang terdiri dari makanan pokok dengan makanan sumber protein hewani, protein nabati, sayuran dan buah, lebih mudah menggunakan nasi sebagai makanan pokok dibanding dengan menggunakan roti, atau kentang atau jagung sebagai makanan pokok.

Kepekatan makananpun mempengaruhi besar kenaikan kadar gula darah, makin encer suatu makanan makin menaikan kadar gula darah. Jadi, bubur nasi lebih menaikan kadar gula darah dibanding nasi, buah yang di jus lebih menaikan kadar gula darah dibanding dengan buah yang dimakan biasa. Adanya serat dalam menu makanan utama seperti sayuran dan kacang–kacangan akan memperkecil naiknya kadar gula darah akibat mengonsumsi nasi.

Mengkonsumsi buah sebelum makan utama akan memperkecil naiknya kadar gula darah dibanding dengan makan buah setelah makan. Jadi, bagi penderita diabetes atau yang mau menurunkan berat badan hendaknya buah dijadikan makanan untuk dasar perut dan bukan untuk cuci mulut.

Komposisi karbohidrat dalam makanan.

Kebutuhan energi sehari harus dipenuhi oleh makanan yang tersussun dari karbohidrat, lemak dan protein dengan perbandingan: 55-65% karbohidrat, 20-25% lemak dan 15-20% protein. Oleh karena prosentase karbohidrat yang tebanyak, maka bahan makanan sumber karbohidrat seperti : beras, gandum, jagung, dan umbi-umbian, disebut sebagai bahan makanan utama atau bahan makanan pokok. Dari 55-65% komposisi karbohidrat dianjurkan terdiri dari 50-60 % karbohidrat kompleks dan 5-10 % dari karbohidrat sedehana seperti gula meja dan buah.

Hasil penelitian bagian Ilmu Gizi Medik Fakultas Kedokteran Unpad terhadap anak usia 10-13 tahun murid sekolah dasar di Bandung pada tahun 1992, hasilnya menunjukkan bahwa rerata komposisi karbohidrat dalam makanan adalah 63 % , protein 11 % dan lemak 26 % dari total asupan energi.

Dibanding dengan tahun 1984 asupan total karbohidrat sedikit menurun, terutama karbohidrat kompleks, namun asupan karbohidrat sederhana dan tepung meningkat, bahkan ada yang tidak suka makan nasi. Menu sarapan pagi didominasi oleh roti dan mie, makanan jajanan didominasi oleh makanan dan minuman yang kaya akan tepung dan gula..

Orang Sunda yang semula dikenal sebagai pemakan sayuran mentah (lalab), yang kaya akan serat sudah tidak lagi diikuti oleh generasi mudanya. Kira-kira 75 % remaja sekolah dasar mengatakan tidak suka makan sayur dan kebnyakan sayuran diperoleh dari makanan jajanan seperti bala-bala dan gehu. Kebanyakan anak tidak suka buah, kecuali jus yang kadar seratnya lebih rendah dibanding buah. Buah tidak lagi dijadikan makanan “pencuci mulut”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut